Bandeng Lezat Ala Warung Digital Sukasari

KULINER digital, menjadi usaha yang paling menarik dicoba saat pandemi Covid-19. Seperti yang dilakukan Iwan Pranajaya. Pria asal Desa Bungkulan, Singaraja ini mencoba usaha kuliner digital, dengan menu andalan olahan Ikan Bandeng. 

Pemilihan menu itu dikonsepnya secara matang. Menawarkan olahan ikan yang tidak sepopuler olahan ikan pada lazimnya, seperti lele, gurame, nila dan mujair, membuat warungnya punya ciri khas. Selain menu, pelanggan juga dimanjakan dengan pilihan olahan. 
Mau dibakar, bisa. Mau dipresto, bisa. Mau dicrispy, bisa. "Bandeng itu banyak manfaatnya. Selain bikin kenyang, juga bikin sehat," ujarnya, Kamis (30/7). Keunggulan Bandeng, kata dia, mencegah jantung koroner, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi risiko hypertensi, menjaga kesehatan ginjal, meningkatkan kesehatan gigi dan tulang. Baik juga untuk ibu hamil.

Yang lebih menarik, Iwan menyediakan olahan Ikan Bandeng tanpa duri. Olahan tanpa duri ini khusus untuk olahan yang dibakar dan dicrispy. Sedangkan bandeng yang diolah presto, tetap ada durinya, namun bisa langsung dikonsumsi.
Keputusan untuk menyediakan daging tanpa duri ini lahir dari obrolan pecinta kuliner. Sebab tidak jarang, banyak orang yang cemas mengonsumsi ikan karena takut duri. Maka solusinya adalah menyediakan daging tanpa duri. Dia yakin, ini akan membuat konsumen semakin nyaman dan tidak cemas makan daging ikan. 

Iwan bilang, rata-rata konsumennya order kembali. Atau dengan kata lain, olahan dan sambel garapannya diterima lidah masyarakat. Sejatinya, kemampuan mengolah ikan itu datang dari pengalaman sebagai bidang kitchen di hotel di Jawa Tengah (Jateng). 
"Banyak yang langsung suka saat percobaan pertama. Pelanggan kami bilang, dia mengira Bandeng ini berasa lumpur dan amis. Tapi ketika menikmati olahan bandeng kami, justru mereka menikmati kelezatan bandeng olahan kami," ujarnya. 

Dari tiga cara mengolah, Iwan menyebut bahwa menu bandeng yang diolah presto dikolaborasi dengan sambel matah dan tomat. Paketnya, presto tersedia dengan dua jenis sambel dan lalapan serta nasi uduk atau putih. Harga Rp.25.000.

"Menu lain, ada Bandeng Presto ukuran besar, dengan dua jenis sambel matah dan tomat. Lalapan dan juga nasi uduk. Harga Rp.30.000," ungkapnya. Sementara untuk Bandeng Crispy tanpa duri, Iwan menyebut dia punya pilihan sambel. Bisa pilih sambel saos terayaki atau saos bangkok pedas manis, dan juga nasi. Menu ini, dibanrol Rp.27.000.
Mengenai cara memesan, Iwan mengatakan warung ini sudah menyiapkan media sosial. Bisa memesan lewat Facebook, Istagram dan lainnya. Warungnya juga terdaftar di google, sehingga dapat dipesan melalai aplikasi jasa pengiriman. "Pesan bisa lewat Go Food atau bisa via medsos dan wa. Silakan," serunya. 

Iwan Pranajaya adalah satu dari banyak orang yang berpikir optimis di masa pandemi. Banyak dari kita, yang enggan melangkah karena takut gagal. Menurutnya, rasa itu akan selalu ada. Namun, akan lebih gagal apabila tidak berani melangkah. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perekonomian Bali Mengkerut

Awalnya Bukan Penulis