Postingan

Pandemi dan Maraknya Aksi Berbagi

Gambar
BICARA dampak negatif akibat pandemi Covid-19, memang tak ada habisnya. Setiap saat, perkembangannya selalu mengerikan. Mulai dari keterpurukan ekonomi global, krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, hingga narasi negatif yang terbangun sosial media. Implikasi negatif itu semakin dalam, dan hingga saat ini belum mampu dibendung.  Mari lihat perkembangan kasus di Pulau Bali. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, kasus-kasus positif baru dan pasien positif yang meninggal dunia terus bermunculan. Pada Jumat (18/9), kasus positif bertambah 51, pasien sembuh bertambah 94. Pada hari yang sama, pasien positif Covid-19 meningal bertambah 5. Miris memang. Pemerintah, terus melakukan evaluasi terhadap penanganan pandemi ini. Bisa jadi dinilai belum optimal, namun, substansi yang lebih penting adalah bagaiamana mengatasi pandemi secara bersama semua pihak. Apabila melihat secara berimbang, sejatinya semua pihak telah berperan aktif dalam p

Gara-Gara Dua Tautan : Kisah Inspiratif Wartawan yang Lamban

Gambar
SEBULAN lalu, saya baru tahu kelemahan dan kondisi kesehatan mental saya. https://satupersen.net/blog/kelemahan-diri- dan-cara-menerimanya. Seorang sejawat mengirim dua tahutan video yang diunggah di YouTube. Isinya, menurut saya, adalah jalan terang menuju pengembangan diri saya. Tautan pertama berjudul, "Tips Untuk Tetap Fokus" (Meningkatkan Konsentrasi". Tautan kedua, "Cara Untuk Konsisten Dalam Apapun (Trik Jitu Agar Konsisten).  Dua tautan ini adalah produk dari "Satu Persen". Saat itu, saya belum tertarik mengetahui apa itu "Satu Persen". Justru, yang menarik bagi saya adalah sejawat yang membagikan tautan itu kepada saya, sesaat setelah saya bertanya "Apa resep agar tetap fokus?". Pertanyaan itu, lahir dari kegelisahan saya, yang merasa belum optimal dalam mengembangkan diri, khususnya urusan pekerjaan.  Mewawancarai tokoh Puri Satria, pada moment Pilgub Bali 2019 lalu. Beliau adalah Cok Rat, dedengkot PDI Perjuangan

Perekonomian Bali Mengkerut

Gambar
Memasuki triwulan II, perekonomian pulau dewata masih mengalami kontraksi alias mengkerut. Bahkan, lebih dalam tinimbang triwulan I yang hanya -1,14 persen. Sedangkan triwulan kedua, -10,98 persen. Gejala kontraksi ini sudah diprediksi sejak pertengahan.  Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati sudah mengumbar prediksi itu sejak Juli lalu. Apabila aktifitas ekonomi tidak digerakkan, maka Bali diambang resesi. Gambaran resesi itu, terjadinya krisis moneter dan kekurangan kebutuhan pangan akibat minimnya uang yang beredar.  Sebelum jauh ke arah itu, Bali mengambil sikap untuk membuka pariwisata sejak 9 Juli lalu, kendati pun hanya menerima kunjungan wisatawan domestik. Pilihan ini tentu tidak mudah. Sebab pada saat yang sama, Bali berpotensi mengalami pelonjakan kasus positif Covid-19.  Solusi yang mengakomodir kepentingan ekonomi dan kesehatan, kuncinya adalah kedisplinan masyarakat dalam melindungi diri dari virus. Itu menjadi tanggung jawab masing-masing di

Bandeng Lezat Ala Warung Digital Sukasari

Gambar
KULINER digital, menjadi usaha yang paling menarik dicoba saat pandemi Covid-19. Seperti yang dilakukan Iwan Pranajaya. Pria asal Desa Bungkulan, Singaraja ini mencoba usaha kuliner digital, dengan menu andalan olahan Ikan Bandeng.  Pemilihan menu itu dikonsepnya secara matang. Menawarkan olahan ikan yang tidak sepopuler olahan ikan pada lazimnya, seperti lele, gurame, nila dan mujair, membuat warungnya punya ciri khas. Selain menu, pelanggan juga dimanjakan dengan pilihan olahan.  Mau dibakar, bisa. Mau dipresto, bisa. Mau dicrispy, bisa. "Bandeng itu banyak manfaatnya. Selain bikin kenyang, juga bikin sehat," ujarnya, Kamis (30/7). Keunggulan Bandeng, kata dia, mencegah jantung koroner, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi risiko hypertensi, menjaga kesehatan ginjal, meningkatkan kesehatan gigi dan tulang. Baik juga untuk ibu hamil. Yang lebih menarik, Iwan menyediakan olahan Ikan Bandeng tanpa duri. Olahan tanpa duri ini khusus untuk olahan yang

Awalnya Bukan Penulis

Gambar
Hah. Akhirnya. Saya bisa menulis di blog pribadi. Lega sekali. Ini berkat saran seorang pakar informasi dan teknologi, yang juga senior saya di tempat kerja. Di sebuah media massa lokal. Cukup besar.  Nama saya Wira. Saat ini berusia 28 tahun. Di usia ini, anak sudah dua. Istri tetap satu. 10 tahun lalu, 2010 silam, saya menamatkan pendidikan di SMK Negeri 1 Denpasar. Sekolah primadona di kalangan sekolah kejuruan di Denpasar, kala itu. Sekolahnya respresentatif. Saya memilih jurusan Audio Video (AV). Mempelajari audio dari bahan dasar, merakit, memodifikasi. Pilihan untuk sekolah ke jurusan ini bukan sepenuhnya dari saya. 50 persen titipan orang tua.  Sekolahnya lancar-lancar saja. Urusan nakal-nakalan, kadar saya terbilang standar. Tidak menonjol sekali. Urusan akademis juga begitu. Kalau urusan pacaran, ya masih normal-normal saja. Maksudnya, biasa-biasa saja, tidak begitu banyak pengalaman.  Ya maklum. Saya itu kelas AV I. Jumlah siswa laki-lakinya 42. Perem